Setelah sekitar 2 bulan tiap malam Jumat diz pantengin The Master, diz nyadar kalau acara talent finder terfavorit ini gak cuma menampilkan macem-macem magician dari macem-macem aliran seperti mentalis, hipnotis, deteksi, telepati, escaping, fakir, fast hand, dikumpulin jadi satu dan diadu dengan vote sms. No, I think it’s deeper than that. Banyak ajaran moral yang diz petik dari acara The Master. Dan ajaran moral ini ingin diz publikasikan, karena bagus banget kalau diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
*Ajaran Moral Pertama: Rendah Hati.
Nyadar gak sih kalau penampil-penampil yang dikomentari Master Romy sebagai “so what magic”, mereka kelihatan agak sombong. Keliatan banget dari muka mereka nunjukin, “Wee… gue bisa. Lu enggak.” Yah wajar sih ya, soalnya mereka emang bisa melakukan hal-hal di luar kemampuan manusia biasa. Tapi kalau diz bilang, mending mereka sebisa mungkin terlihat tidak terlalu berpuas diri dengan apa yang telah mereka lakukan, dan menyampaikan alasan yang masuk akal mengapa mereka menampilkan hal itu. Contohnya kayak waktu kak Joe Sandy main angka. Alasan yang dia sampaikan jelas, yaitu membuktikan bahwa kekuatan pikiran kita bisa menghasilkan sesuatu yang amat besar dan mengajak kita untuk tetap belajar dan berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Tuh, mulia banget, kan? Apalagi waktu itu muka-muka sombong sama sekali gak terpancar dari wajah kak Joe. Sikap rendah hati ini lah yang ikut mengantar beliau menjadi kandidat The Master. Kereennn, patut dicontoh.
*Ajaran Moral Kedua: Preparation, Preparation, Preparation
Penting Banget! Bukan cuma buat para penampil di The Master, tapi menurut diz juga buat seluruh bidang kehidupan perlu persiapan yang mateng. Supaya hasilnya jadi maksimal, dan gak kejauhan melencengnya dari apa yang udah diharapkan.
*Ajaran Moral Ketiga: Fokus
Gak, ini bukan ngomongin kak Joe yang kemarin emang udah fokus dan keren banget konsentrasinya untuk menyelesaikan TTS dan puzzle. Diz pengen ngomongin tentang penonton yang dimintai tolong oleh para penampil untuk ikut bermain. Banyak banget kan kejadian karena penontonnya gak fokus ngedengerin petunjuk-petunjuk dari penampil, permainannya jadi sedikit messy, berantakan. Nah, makanya kita perlu fokus dengan segala hal yang sedang kita kerjakan--entah itu sekedar mendengarkan sebuah petunjuk, menolong seseorang, menampilkan sesuatu--supaya kita gak dicela orang lain karena hasil kita yang berantakan akibat dari ketidakfokusan kita itu.
Kayaknya masih banyak, ya? Tapi ketiga hal di atas kayaknya udah cukup mewakili sebagian besar ajaran moral lainnya dari acara The Master. Emang nih acara keren banget. Musti dapet Panasonic Awards tahun depan! Setuju??!!! ^^
V,
dia…Z
Tidak ada komentar:
Posting Komentar