Ini adalah laporan pertanggungjawaban OPP yang diz lakukan bulan Juni lalu. (yang gak mudeng baca postingan sebelumnya) Enjoy the reading! :"]
Laporan Orientasi Panggilan Profesi
OPP Solo: Penyiar Berita Televisi (TATV)
5-11 Juni 2011
Oleh: Stephanie Putri Diasti / XII A2
Laporan Catatan Harian
Hari Pertama: 5 Juni 2011
Hari itu akhirnya kami sampai di kota Solo. Kami sampai di Solo sekitar jam 10.00 pagi. Kami langsung disambut di kampus SMP PL Bintang Laut Surakarta oleh para orangtua murid, baik yang sudah alumni, maupun yang masih bersekolah di SMA PL Van Lith. Kami pun diberi briefing oleh para orangtua murid, bagaimana kami “bertahan hidup” di kota Solo. Banyak wejangan yang mereka berikan, yang berguna bagi kami, baik selama OPP maupun di kehidupan kami kelak.
Setelah itu kami diantar oleh orangtua murid ke rumah orangtua asuh kami masing-masing. Saya bersama Dipna segera diantar ke daerah Mojosongo. Kami berdua ternyata satu rumah, dan Ganang yang juga OPP di TATV tinggal di rumah orangtua murid. Kami tinggal di rumah Pak Sutarso. Beliau bukan orangtua murid, namun rumah beliau sering ditempati oleh anak-anak Van Lith yang OPP di Solo.
Hari itu kami hanya berdinamika dengan orang-orang rumah saja. Besoknya, hari Senin (6/6) baru lah kami ke TATV untuk mulai belajar. Kami mengetahui bahwa Bapak dan Ibu Sutarso mempunyai tiga orang anak. Mbak Ella, sudah menikah, sekarang mengajar di Semarang. Mas Akuh juga sudah kerja di Semarang, dan yang terakhir Mbak Magda, sudah menikah dan bekerja di Solo.
Keluarga Pak Sutarso sangat hangat dan menyenangkan. Mereka adalah orang-orang Katolik yang taat. Terlihat saat makan bersama, pasti mengawali dan mengakhiri dengan doa. Bahkan kami diajak untuk ikut memimpin doa, juga ikut doa bersama di lingkungan. Tentu kami ikut ajakan mereka. Tiap pulang dari TATV, kami segera mandi dan ikut kegiatan di lingkungan.
Hari Kedua: 6 Juni 2011
Hari ini kami mulai berangkat ke TATV. Kami mendapat instruksi untuk datang ke TATV jam 8 pagi. Maka kami sudah siap di TATV jam 8. Begitu datang ternyata kami diminta untuk menunggu. Pertama-tama kami ditemui oleh manajer dari TATV. Ternyata kami ditawari untuk mengikuti audisi Presenter di Solo Square, pada hari Sabtu (9/6). Karena hanya saya yang berniat untuk menjadi Presenter, maka saya yang akhirnya menyanggupi tawaran tersebut.
Beberapa selang waktu kemudian, kami bertemu dengan Manager HRD TATV. Kami dijelaskan kalau nanti kami akan dibimbing oleh salah satu produser bagian News. Beliau adalah Mas Widi. Kami juga diperkenalkan oleh asistennya yaitu Mbak Tika. Mereka menjelaskan kami bagaimana proses pencarian berita oleh wartawan, sampai akhirnya diterima oleh pemirsa di rumah.
Demikian bagan News Production di Televisi:
Diagram 1. Produksi Berita Televisi
Dari diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas presenter adalah sebagai berikut:
Voice Over (merekam pembacaan berita untuk dijadikan latar video berita)
Membacakan Lead berita untuk pemirsa.
Melayani pemirsa kalau ada telepon interaktif.
Mewawancarai ketika kedatangan narasumber.
Membawakan acara berita dengan baik.
Saya juga diberitahu syarat-syarat untuk menjadi Presenter oleh Mas Widi dan Mbak Tika:
Dapat membaca berita dalam intonasi yang tepat, dan tempo yang cepat.
Mempunyai suara yang jernih dan bagus, juga tegas.
Saat acara berita berlangsung dapat membawakan acara dengan senyum dan santai.
Berpenampilan bersih, rapi, smart, dan menarik.
Pada hari itu juga saya mendapat kesempatan untuk ngobrol-ngobrol dengan Mas Henry, salah satu presenter TATV. Ia membawakan “Kabar Gasik”, semacam “Breaking News” yang ditayangkan setiap jam dari pukul 10.00-13.00. Ternyata dia baru satu bulan bekerja sebagai presenter di TATV, jadi ia mengaku masih baru dalam dunia pertelevisian. Namun, ia sudah lama menjadi announcer di radio, sehingga ia sudah terlatih untuk berbicara cepat dan jelas. Memang biasanya sebelum menjadi presenter televisi, kebanyakan para presenter berkarya dahulu di radio, barulah terjun ke televisi.
Saya bertanya kepadanya bagaimana cara membangun percaya diri untuk dapat tampil di televisi. Katana kita harus bisa menganggap kritik sebagai teman dan jadi masukan yang bagus untuk kita untuk menjadi lebih baik. Kita juga baiknya tampil apa adanya saja, penampilan tidak usah terlalu menor atau mewah, karena kalau kita punya talenta dan mau mengembangkannya, pasti kita bisa menjadi presenter yang baik.
Mas Henry juga mengajari saya untuk memperhatikan kata-kata inti pada kalimat. Karena pada kata-kata itulah, penekanan intonasi dan nada saat pembacaan berita dilakukan. Misalnya pada kalimat, “Banjir kanal datang dari Bogor Sabtu malam ke Jakarta.” Penenkanannya menjadi seperti ini, “BANJIR kanal datang dari BOGOR Sabtu malam ke JAKARTA.” Jadi bisa dibilang kalau kata-kata inti di sini maksudnya adalah kata-kata yang sekiranya menarik bagi pemirsa. Kata-kata penjelas yang akan membuat pemirsa mengerti akan berita yang disampaikan, meskipun pemirsa hanya mendengar sekilas-sekilas.
Hari Ketiga, 7 Juni 2011
Hari ini saya bertemu dengan presenter wanita, namanya Mbak Arin. Ia adalah presenter berita kriminal yang programnya dinamakan “Kecrek”, tayangnya setiap sore. Ia menjelaskan bagaimana sikap tubuh yang baik saat membacakan berita di depan kamera.
• Sikap tubuh harus tegak dan tegap saat di depan kamera. Tidak bungkuk agar tidak dianggap rendah diri, tidak terlalu tegap untuk agar tidak dianggap menantang.
• Saat membacakan berita sambil duduk, pundak bisa bebas bergerak-gerak untuk menggerakkan tangan, sehingga presenter dapat lebih ekspresif dalam menyampaikan berita.
• Saat membacakan berita sambil berdiri, yang bergerak cukup lengan bawah saja.
• Mimik wajah yang digunakan saat menyampaikan berita:
o Gembira/berita ringan: senyum
o Duka/berita bencana: mata sedih
o Serius/ berita yang tidak biasa (misalnya berita kembar siam): dahi berkerut-kerut
Lalu hari itu saya diajak Mas Widi untuk mencoba Voice Over. Dari hasil rekaman suara saya, Mas Widi berkomentar bahwa dengan lebih banyak berlatih, saya dapat membacakan berita dengan baik. Saya butuh latihan untuk menjaga nada suara untuk tetap datar, karena pada pembacaan berita tidak dibutuhkan suara dengan nada yang terlalu variatif.
Hari Keempat: 8 Juni 2011
Saya bertemu dan dimentori lagi oleh Mbak Arin hari ini. Saya diajaknya untuk VO dan siberi tips-tips agar pembacaan yang dihasilkan dapat bagus dan diterima pemirsa dengan baik. Sebetulnya cara membaca suatu berita itu berbeda-beda, tergantung jenis berita yang dibacakan. Berikut cara-cara membaca berita, dibedakan menurut jenis berita yang akan dibacakan.
Straight News (berita serius): cepat, tegas, rata.
Soft News (kabar baik/berita gembira): nada membaca boleh lebih bervariasi pada kata-kata yang butuh penekanan.
Feature (humaniora): pembacaan boleh dilebih-lebihkan.
Mbak Arin juga memberikan penjelasan mengenai riasan yang dipakai presenter untuk tampil di TV. Make up yang digunakan memang tebal, berhubung lighting yang luar biasa di studio chromacy (studio dengan latar belakang hijau untuk di-edit sesuai keinginan). Kalau terlalu tipis, nanti di kamera tidak kelihatan. Baju yang digunakan juga yang rapid an aksesoris yang digunakan tidak usah terlalu mencolok.
Hari Kelima: 9 Juni 2011
Hari ini cukup istimewa, karena kami diajak untuk siaran secara off-air di Balai Kota Surakarta. Ternyata untuk siaran off-air seperti itu butuh bus yang memuat alat-alat pemancar untuk diterima studio TV. Sembari menunggu waktu siaran, saya sempat ngobrol-ngobrol dengan Mas Seno, presenter yang bertugas hari itu. Ia memberikan saya hal-hal yang dapat dijalani untuk membawakan acara berita off-air tanpa prompter.
1. Berusaha untuk tenang dan fokus sehingga bisa konsentrasi, meskipun suasana tidak setenang seperti biasanya di studio.
2. Wajib menatap kepada pemirsa (kamera) pada saat opening, closing, akhir Lead berita, dan pengantar sebelum jeda iklan.
Mas Seno juga mengajarkan susunan opening, closing dan teasing sebelum iklan:
OPENING: [SALAM]/// [INTI ACARA]/// [NAMA PRESENTER]/// [NAMA ACARA]///
CLOSING: [WAKTU SUDAH SELESAI]/// [UCAPAN TERIMA KASIH]/// [NAMA PRESENTER]/// [NAMA ACARA]///
TEASING: [JUDUL BERITA SELANJUTNYA]/// [PENGANTAR IKLAN]///
Hari Keenam: 10 Juni 2011
Hari ini saya mengikuti Presenter Hunt yang waktu itu saya sanggupi. Saya ke Solo Square diantar oleh PAVALI Solo 18. Saya sudah berusaha sebisa saya, namun memang untuk riasan saya tidak mempersiapkan secara matang. Jadi saya tidak mendapat apa-apa dalam kompetisi tersebut. Namun saya mendapat pengalaman membacakan berita di depan kamera, langsung dan ditonton oleh banyak orang. Ternyata membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi dan konsentrasi yang luar biasa.
Pertanyaan-pertanyaan Reflektif
1. Apakah saudara sudah menemukan panggilan hidup dari banyak pilihan untuk masa depan?
Ya, saya sudah menemukan panggilan hidup saya.
2. Bila sudah, bidang profesi apa yang menjadi panggilan hidup saudara?
Saya berencana untuk bekerja di bidang komunikasi, terutama dunia Broadcasting. Banyak pilihan pekerjaan di bidang tersebut, namun saya paling tertarik untuk menjadi Presenter Berita.
3. Bila belum, apa yang... (tidak perlu dijawab)
4. Apakah yang sudah saudara siapkan dan yang akan disiapkan untuk menjawab panggilan atau cita-cita saudara tersebut?
Saya sudah dua kali ikut lomba Presenter Berita. Meskipun belum pernah berhasil menjadi juara, namun saya bisa dibilang sudah punya bekal pengalaman dan pengetahuan. Saya juga konsisten dalam memilih bidang OPP yang dulu saya ikuti yaitu Presenter Berita. Saya merasa sudah cukup pengalaman itu untuk sekarang. Nanti saya akan kuliah Ilmu Komunikasi untuk memperdalam ilmu mengenai bidang ini dan akan banyak magang di berbagai stasiun televisi.
5. Hal-hal apa yang mendorong untuk menggeluti panggilan hidup yang saudara temukan tersebut?
Kecintaan saya terhadap media dan keinginan saya untuk mengedukasi masyarakat lewat informasi mendorong saya untuk menggeluti profesi sebagai awak media, khususnya Presenter Berita
6. Apakah panggilan hidup atau cita-cita saudara tersebut berguna bagi hidup masyarakat? Jelaskan jawaban saudara.
Cita-cita saya ini berguna bagi orang-orang yang membutuhkan informasi secara cepat mengenai isu-isu publik.
7. Apakah saudara menemukan informasi dan fakta yang menguatkan panggilan profesi saudara di masa yang akan datang, ataukah justru sebaliknya?
Saya diberitahu oleh orang TATV kalau modal suara saya sudah cukup bagus, tinggal mengembangkannya saja. Saya sebetulnya waktu lomba presenter di Jogja sempat masuk semifinal, namun karena bencana Merapi, saya terpaksa pulang ke Bekasi dan tidak dapat melanjutkan lomba tersebut. Pada dasarnya saya orangnya suka ngomong dan cukup berani untuk tampil di depan banyak orang. Saya yakin apabila saya berusaha, saya mampu untuk mencapai impian saya ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar